Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

PENGERTIAN WUDHU DAN TATA CARA WUDHU SESUAI SUNNAH NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALAM

Segala puji hanya kembali dan milik Allah  Tabaroka wa Ta’ala,  hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya.  Sholawat  serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah ,  Muhammad bin Abdillah  Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,  beserta keluarga dan para sahabat beliau  ra dhiyallahu ‘anhum. Kedudukan wudhu dalam sholat Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad  shallallahu ‘alaihi was sallam ? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah Nabi  shallallahu ‘alaihi was sallam.  Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu merupakan  syarat sah

TATA CARA SHOLAT SESUAI SUNNAH NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALAM

Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, beliau menghadap ke arah Kiblat dan berdiri mendekat ke pembatas (sutrah). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan sesungguh-nya setiap orang hanya mendapat (balasan) berdasarkan niatnya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat dengan ucapan: اَللهُ أَكْبَرُ. “Allah Mahabesar.” Beliau mengangkat kedua tangannya lalu meletakkan yang kanan di atas yang kiri di atas dada. Beliau mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud). Kemudian membuka bacaan dengan berbagai macam do’a (do’a istiftah), beliau memuji, menyanjung dan memuliakan Allah. Kemudian beliau memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (ta’awwudz). Kemudian membaca: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. “Dengan menyebut

KEBODOHAN MANUSIA TERHADAP MAKNA TAUHID

Masih terngiang-ngiang dalam ingatan kita ketika dulu zaman masih sekolah SD atau SMP, kita diajarkan bahwa makna kalimat tauhid  “laa ilaaha illallah”  adalah  “Tidak ada Tuhan selain Allah”.  Inilah makna yang selama ini terpatri dalam hati sanubari kita tanpa sedikit pun kita berfikir tentang kebenaran makna tersebut. Karena memang itulah yang diajarkan oleh guru-guru kita pada saat masih sekolah dulu dan yang tertulis atau tercetak dalam buku-buku pelajaran agama kita. Kesalahpahaman ini tidak hanya dialami oleh masyarakat awam, bahkan orang-orang yang dikenal sebagai “cendekiawan” muslim pun salah paham tentang makna kalimat tauhid ini. Buktinya, di antara mereka ada yang mengartikan  “laa ilaaha illallah”  sebagai  “Tidak ada tuhan (“t” kecil) selain Tuhan (“t” besar)”. Baca Juga:  Keistimewaan dan Keutamaan Tauhid (Bag. 1) Untuk Apa Kita Membahas Makna Kalimat Tauhid? Mungkin inilah pertanyaan yang muncul di benak para pembaca berkaitan dengan pembahasan kita dalam