Addariny's — Centre
Meniti Jejak, Para Salafus Sholih yg Bijak
Iklan
Agar PALESTINA benar-benar kembali ke pangkuan KAUM MUSLIMIN
PALESTINA tidak mungkin direbut kembali kecuali dengan nama ISLAM yang sesuai dengan yang dijalani Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan para sahabatnya, sebagaimana difirmankan Allah ta’ala:
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bumi itu milik Allah, Dia wariskan kepada siapapun yang Dia kehendaki dari hambaNya, dan akhir yang baik adalah bagi mereka yang bertaqwa”. [Al-A’rof: 128].
Bagaimanapun usaha bangsa arab, dan bagaimanapun mereka penuhi dunia ini dengan banyak statemen dan pertempuran; sungguh selamanya mereka tidak akan berhasil, hingga mereka mengajak untuk mengeluarkan Bangsa Yahudi dari Palestina dengan nama Agama Islam setelah mereka menerapkan agama itu pada diri sendiri. Maka jika mereka melakukan itu, tentu akan terbukti apa yang dikabarkan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-: Baca lebih lanjut
Iklan
Hakekat Dunia…

Sungguh inilah hakekat kehidupan dunia, sebagaimana disebutkan dalam banyak firman Allah ta’ala dan sabda Rosulnya –shollallohu alaihi wasallam-, dan banyak manusia telah meyakininya, namun sayang banyak dari mereka yang tetap terlena dan tergoda.
Oleh karena itu, hendaklah kita selalu mengingat firmanNya:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Carilah bekal, sungguh sebaik-baik bekal adalah TAKWA. Dan bertakwalah kalian, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat [Albaqoroh: 197]
Ibnul Jauzi –rohimahulloh– mengatakan:Sungguh dungu, orang yang tidak tahu kapan ‘mati’mendatanginya, tapi dia tidak menyiapkan diri untuk menghadapinya. Dan manusia paling tolol dan paling lalai adalah orang yang usianya sudah melewati 60 tahun dan mendekati 70 tahun, tapi dia tetap lalai tidak mempersiapkan diri, padahal usia antara 60 sampai 70 tahun adalah medan perang ‘hidup mati’, dan seharusnya orang yang terjun di medan perang itu menyiapkan dirinya. [Shoidul Khoothir, hal: 439] Baca lebih lanjut
Iklan
Kata Ganti [ هو ] bagi Allah ta’ala
Assalamualaikum… Ustadz…
Di Dalam Surat Al Ikhlas Ayat 1: ” Qul huwallohu Ahad ”, yang saya ketahui artinya adalah ”Katakanlah Bahwa DIA Allah itu Maha Esa”.
Di dalam bahasa arab, yang saya ketahui kata ”HUWA” berarti untuk menyatakan Dia ( untuk Laki Laki ), sedang Allah itu tidak Laki Laki dan Juga tidak Perempuan. Mohon bantuan penjelasannya.
==================
Jawaban:
Waalaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh.
Bismillaah, walhamdulillaah, wash sholaatu wassalaamu ala rosuulillaah, wa ala aalihi wa shohbihi wa maw waalaah.
Sebenarnya pertanyaan ini, hampir sama dengan pertanyaan: “Mengapa digunakan kata ganti laki-laki untuk para malaikat, baik dalam Qur’an maupun Hadits, apakah itu menunjukkan bahwa mereka itu laki-laki?”. Baca lebih lanjut
Iklan
Kemewahan itu Membinasakan…
Syeikh Utsaimin –rohimahulloh– mengatakan:
Sungguh, semakin manusia bertambah dalam kemewahan, dan semakin terbuka terhadap yang lain, maka keburukan-keburukan juga semakin terbuka bagi mereka. Sungguh, kemewahan itulah yang membinasakan manusia, karena bila seseorang sudah mementingkan kemewahan dan pemanjaan jasadnya, ia tentu lalai dalam memanjakan hatinya, sehingga jadilah keinginan terbesarnya memanjakan jasad tersebut, padahal jasad itu akan berakhir dengan belatung dan kebusukan. Ini musibah.
Inilah yang membinasakan manusia hari ini. Hampir tidak kamu dapati seorang pun, kecuali ia mengatakan: bagaimana rumah kita, apa mobil kita, apa karpet kita, apa makanan kita? Sampai-sampai orang yang menelaah dan belajar ilmu agama pun, sebagian ada yang belajar untuk meraih pangkat atau kedudukan yang bisa menyampaikannya kepada kenikmatan dunia. Sepertinya manusia diciptakan bukan untuk tujuan yang agung, dunia dan kenikmatannya hanyalah wasilah(perantara)! semoga Allah menjadikan kami dan kalian dapat menjadikan dunia sebagai wasilah. Baca lebih lanjut
Iklan
Tentang Memberikan Suara di PEMILU…

Pemilu merupakan masalah besar yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum, masalah ini juga bisa dikategorikan dalam masalah “ma ta’ummu bihil balwa” atau perkara yang menimpa masyarakat luas, bahkan di beberapa negara yang dulunya tidak ada pemilihan umum pun, sekarang mulai memberlakukan aturan itu, walaupun hanya di beberapa lini pemerintahannya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah pemilu merupakan masalah penting, dan jawabannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Dan Alhamdulillah, masalah ini sudah dibahas oleh banyak ulama ahlussunnah, maka hendaklah kita merujuk kepada fatwa mereka, sebagai pengamalan kita terhadap firman Allah ta’ala:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Bertanyalah kepada ahli ilmu bila kalian tidak mengetahui! (Annahl: 43)
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ
“Seandainya mereka mengembalikan perkara itu kepada Rosul dan ulama mereka, tentulah orang yang beristimbat dari mereka tahu hakekat maknanya”. (Annisa: 83)
Tujuan tulisan ini adalah untuk membuka atau memperluas wawasan dalam masalah ini. Walaupun ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, namun pendapat yang penulis cantumkan dalam tulisan ini merupakan pendapat yang lebih pantas untuk kita ikuti, karena itu merupakan fatwa dari ulama-ulama besar ahlussunnah yang sudah masyhur dalam ilmu dan takwanya, dan juga banyak dijadikan rujukan dalam berfatwa.
Dan berikut adalah nukilan-nukilan dari fatwa-fatwa tersebut:
Pertama: Fatwa “Komite tetap untuk fatwa dan karya ilmiah” Negara Saudi Arabia, yang diketuai oleh Syeikh Binbaz -rohimahulloh-. Baca lebih lanjut
Iklan

Komentar
Posting Komentar